berlangganan

pls

Pages

Kamis, 11 Maret 2010

Buah kesabaran yang ke sekian tahun

"Ini kisah nyata, mengenai perjuangan hidup yang terus menerus dengan bekal kesabaran dan berbuat baik kepada siapapun"


(Kudedikasikan kepadamu, My Teacher)

Kisah ini saya tulis sebagai bentuk pengormatan kepada beliau, karena beliau adalah salah satu sumber inspirasi kami.
Tadi malam sebelum subuh setelah kami memasrahkan diri kepada Tuhan kami. Seperti hari-hari sebelumnya, kami (saya dan istri) melakukan komunikasi verbal, sharing, berbagi hal apapun yang telah terjadi dan sudah kami lalui, serta diskusi mengenai perencanaan apa yang akan dikerjakan hari-hari mendatang.
Sebagai pelajaran kehidupan, kisah ini pantas kita teladani, ketika ada seorang yang selama ini seakan kita sepelekan atau bahkan tidak kita hiraukan bahkan tidak masuk dalam perhitungan kita tetapi karena dia menjalani semua proses hidup ini dengan rasa syukur dan selalu berbuat baik kepada siapaun, tanpa ada rasa pamrih dan jauh dari rasa membanggakan diri maupun sifat sombong.
Semua ini kami jadikan ibroh dari dari proses menjalani kehidupan seorang pengajar yang selalu ikhlas menjalani kewajibannya untuk kesekian puluh tahun.
Pengabdian tulus selama bertahun-tahun dan jatuh bangun melakoni kodratnya, berangkat dari cita-cita mulia menjadi seorang guru yang pada masa itu, sangat jarang jika anak sebayanya memiliki cita-cita seperti beliau. Pada umumnya seorang anak pada masa itu memiliki cita-cita tertentu ataupun keinginan menjadi seseorang seperti menjadi dokter, tentara, presiden dan seterusnya.
Sekian tahun dijalani sebagai guru honorer, kemudian diangkat menjadi PNS dan 20 tahun terakhir menjadi kepala sekolah tanpa pernah dipindah-pindah, ajeg disitu. Jangan bayangkan menjadi kepala sekolah pada saat itu, dengan fasilitas kepala sekolah setelah masa reformasi, apalagi era sekarang, menjadi seorang guru PNS adalah dambaan dari sebagian pemuda-pemudi sekarang.
Sebagai seorang kepala sekolah di daerah marginal, beliau jalani dengan ketulusan hati. Hingga tidak ada yang akan mengira jika suatu hari nanti akan terjadi suatu perubahan drastis dalam hidupnya. Siapapun jika mengetahui keseharian beliau, baik saat bertugas maupun keseharian di rumah, tidak akan mengira jika beliau yang seorang sederhana, bersahaja, suatu ketika akan berdiri berdampingan sejajar dengan seorang Pangdam di wilayah strategis berpengaruh untuk jenjang kemiliterannya, meski beliau masih berpangkat sebagai Kepala sekolah, tetapi dalam pakaian yang lain.
Siapapun akan berdecak kagum ketika salah satu putranya diterima di Akademi prestisius di Negeri ini, sebagai seorang Taruna Angkatan Darat. Masih dalam kesahajaannya bahkan tidak ada kesan sedikitpun keangkuhan dalam wajahnya ketika 4 tahun yang lalu, putranya tersebut di wisuda menjadi lulusan terbaik di Angkatannya.
Beliau dikenal sebagai orang yang lurus, tidak neko-neko bahkan kadang terkesan sebagai seorang yang mudah terpengaruh termasuk oleh anak buahnya. Saking ramahnya, terkadang banyak orang tidak mengira bahwa yang dihadapannya adalah seorang kepala sekolah, termasuk pada saat berkumpul dengan para guru yang dibawahinya.

Berbuat baik kepada siapapun
Ada satu prinsip hidupnya, yang selalu ditekankan jika ada yang bertanya kepada beliau, bukan bermaksud sombong, beliau katakan, “berbuat baiklah kepada siapapun, bahkan kepada makhluk sekecil semut sekalipun”.
Kisah dramatis selanjutnya adalah tatkala perjuangan hidupnya selama bertahun-tahun, beliau berhasil memetik buah dari pohon yang telah disemai, ditanam, dipelihara, dipupuk dan dijaga. Ada filosofi yang juga beliau tebarkan, filosofi itu adalah seperti ini:
“Bayangkan bahwa anda masuk kedalam sebuah gua, gua bersuasana hening, sejuk. Semakin anda masuk kedalam, suasanan semakin sejuk dan , meski pandangan tidak cukup terang tetapi dalam keremangan, masih terlihat keindahan stalaktit dan stalaknit yang indah, batu-batu runcing diatas anda itu sekonyong-konyong mengeluarkan tetesan air secara terus menerus. Jatuh tepat kedalam lobang masuk kedalam tanah, menembus bumi, entah mengalir kemana lagi”
“Kemudian anda akan berhenti karena anda mendengar suara tetesan air yang jatuh, dari pucuk batu cadas itu, anda perhatikan tetes demi tetes air yang jatuh kebawah tersebut
Lihat, lihat air mengalir menembus bumi entas kemana, demikian juga jika perjuangan hidup dengan penuh kesabaran, pada masanya akan berbuah kebaikan, percayalah.............

by WAA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follower

Tentang saya

Foto saya
Ungaran, Kabupaten Semarang, Indonesia

Foto Produk

Foto Produk
produk lainnya: Bantal Dacron

Cari Blog Ini