berlangganan

pls

Pages

Jumat, 29 Januari 2010

SPN Tanpa Seorang Rio Erwan

Konferensi Daerah (KONFERDA) IV Serikat Pekerja Nasional (SPN) Jawa Tengah telah selesai diselenggarakan di Tawangmangu Karang Anyar pada tanggal 27 - 28 Januari 2010 lalu, dimana telah menghasilkan keputusan-keputusan dan rekomendasi untuk perjuangan Buruh/Pekerja di wilayah Daerah di Jawa Tengah.

Di Konferda ini juga dilakukan pemilihan jajaran Pengurus baru untuk masa bakti tahun 2010-2015. Nama Ir Rio Erwan Karyono, yang sebelumnya disebut-sebut sebagai calon kuat, harus rela menyerahkan tongkat estafet kepada Ketua terpilih Suparno SH.

Di jajaran aktifis Buruh di Jawa Tengah, nama Rio Erwan Karyono sudah tidak asing lagi dalam keikutsertaannya membangun dan membesarkan Serikat Buruh di Wilayah ini.

Pengabdian panjang telah dia lalui dengan memberikan cukup banyak pelajaran yang bisa diambil hikmah dan nilai semangat kepada generasi penerusnya. Meski di beberapa struktural jajaran Pengurus SPN menganggap bahwa nilai idealisme perjuangan untuk buruh sudah tidak seidealis seperti pada fase awal keterlibatan dia. Namun sesungguhnya jika dicermati, ada beberapa pemikiran jangka panjang yang perlu dijadikan bahan kajian Pengurus SPN baik di wilayah jawa Tengah maupun untuk skala nasional.

Konsep Kemandirian dan rasa percaya diri
Konsep ini sebenarnya konsep riil dan umum yang dihadapi siapapun dalam mempertahankan aktualisasi dirinya demi terwujudnya kemandirian individu secara ekonomi. Konsep kemandirian yang senantiasa dia dengungkan terkesan keluar dari pakem semangat perjuangan idealistik Serikat Pekerja umumnya yang memperjuangkan hak-haknya secara horisontal. Konsep idealisme perjuangan Serikat Pekerja, menurut dia, harus diimbangi nilai tawar individu maupun institusi kepada Pengusaha maupun Pengambil keputusan di Pemerintahan.

Penguatan kemandirian ekonomi secara otomatis akan menambah rasa percaya diri di masing-masing individu aktifis buruh, tanpa merasa terbebani jika ada apa-apa dengan posisi mereka di struktural organisasi di tempat mereka bekerja, karena keberanian mereka dalam memperjuangkan hak-hak buruh kadangkala harus mengorbankan diri termasuk ancaman akan kehilangan pekerjaannya. Sehingga apabila rasa percaya diri sudah merasuk dan mantap didalam jiwa para aktifis buruh karena tanpa ada beban diatas. Maka apa yang mereka aspirasikan dan perjuangkan mengalir tanpa harus takut akan resiko yang akan mereka hadapi.
Penguatan kemandirian dapat dibangun melalui jaringan yang telah mereka bina diantara aktifis, sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Komitmen saling mendukung dan membina serta sikap saling bekerja sama dalam pengentasan menuju kemandirian harus diberikan oleh aktifis yang sudah lebih dahulu melewati tahap-tahap menuju kemandirian tersebut..

Konsep lain yang senantiasa dia sampaikan adalah bagaimana melakukan penguatan bargaining power SPN di mata pengambil keputusan (baik di lembaga Legislatif maupun Eksekutif). Terutama di Jajaran Gubernur dan struktural dibawahnya. Penguatan ini membawa dampak cukup signifikan dalam proses pengambil keputusan tanpa ada campurtangan berlebihan dari Pengusaha maupun Jajaran kepemerintahan. Nilai tawar ini sebenarnya secara tidak langsung menguatkan psikologi perjuangan Aktifis di level lebih bawahnya lagi.

Artinya, dari minimal dua konsep di atas, sebenarnya akan berdampak positif bagi kelangsungan hidup institusi SPN itu sendiri. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana Generasi/pengurus baru di DPD SPN jawa Tengah mampu bersikap dan belajar dari pengalaman yang ada, minimal mempertahankan pencapaian yang telah dilakukan Pengurus sebelumnya, syukur-syukur dapat meningkatkan kemampuan kinerja yang lebih baik dari kepengurusan periode sebelumnya

SPN, Selamat berjuang!

Wasit Abu Ali
Penulis aktif di PSP SPN
Bekerja di PT Ungaran Sari Garments.
..

Follower

Tentang saya

Foto saya
Ungaran, Kabupaten Semarang, Indonesia

Foto Produk

Foto Produk
produk lainnya: Bantal Dacron

Cari Blog Ini