berlangganan

pls

Pages

Kamis, 22 April 2010

perkenalan lagi

My name is Wasit Abu Ali, many years experienced at garments industries. Having specialized for fabrication

Senin, 19 April 2010

Mensyukuri Nikmat Tuhan

Kalau di tulisan sebelumnya sudah saya singgung mengenai nikmat Tuhan, tulisan ini sedikit menambahkan nilai syukur itu sendiri.

Senin, 15 Maret 2010

Catatan pada 2 Maret 2010 (Solidaritas Demo menolak ACFTA)

Meski sebenarnya secara pribadi saya kurang sependapat dengan rencana demo menolak ACFTA tanggal 2 Maret 2010, akan tetapi rasa solidaritas sebagai sesama buruh, mengharuskan saya bergabung dengan mereka ke Gedung DPRD I Jateng tanggal 2 Maret 2010.


Imajinasi yang Abadi (Cerita seorang anak adam kepada putranya)

Anakku, mohon maaf jika aku sering bercerita mengenai Kakekmu, Mbah Ruslani. Aku sering melebih-lebihkan mengenai beliau, padahal aku sendiri tidak begitu mengetahui dan tidak terlalu banyak yang aku dapatkan informasi seperti apa sebenarnya beliau, karena aku sudah ditinggal beliau pergi untuk selama-lamanya saat aku umur 7-8 tahun, seumurmu sekarang.

Hanya beberapa penggalan ingatan yang bias kuceritakan, itupun karena sangat membekas kejadiannya, selebihnya cerita itu aku dapat dari Kakak-kakakku atau Pakdhe dan budhe mu

Kisah I
Suara gelegar petir menyambar salah satu pohon dari empat pohon cemara tinggi di pinggir sungai dekat rumahku. Seingatku, saat itu kakekmu sedang membetulkan genting bocor di atas gudang padi milik kami, kakekmu terjatuh beberapa detik setelah gelegar suara petir yang memecahkan suasana cengkerama sore itu.
Beliau terhuyung-huyung sambil mendekap dada karena menahan kesakitan. Diatas genting, beliau dengan suara serak memanggil minta tolong kepada anak-anaknya. Kami semua saat itu sangat sigap, beberapa kakakku langsung memanjat tangga naik keatas genting dan memandu kakekmu yang sempat terduduk dan sangat lunglai dengan menuruni tangga.
Itulah awal dari kekosongan jiwa ini, karena setelah kejadian itu, kakekmu menggigil dan terkulai lemas di pembaringan dipan cat hijau. Beliau tiba-tiba tidak sadarkan diri, aku melihat suasana sangat gaduh.
Aku melihat kepanikan mereka, ada yang teriak cari mobil, dan segera bawa ke Rumah Sakit, karena kakekmu koma. Mereka mengangkat tubuh Ayahku dan dimasukkan ke dalam mobil dan entah dibawa ke Rumah sakit mana, aku tidak tahu.
Sampai suatu hari, setelah hampir satu bulan aku tidak melihat rupa maupun suara beliau. Pagi itu suasana rumah seperti mendung menggelayut, banyak orang berkumpul, ada yang memasang tratak , menata kursi, aku tidak tahu ada apa sebenarnya. Aku lari menuju pawon, disitu banyak juga orang-orang, mak-mak dan istri tukang kemit pada sibuk seperti mau ada kenduren saja, pikirku polos. Aku tidak curiga dan tidak memiliki firasat apap-apa.

Suara Raungan Sirine Ambulance
Hingga terdengar sayup-sayup suara sirine dari kejauhan, mendekat dan semakin jelas dan nyaring suaranya, seakan menuju tempat saya berdiri.
Benar juga, sekonyong-konyong, aku telah melihat ribuan orang berkerumun dan tumplek blek menyambut mibil bersirine itu, mobil ambulance putih milik rumas Sakit di Pekalongan.
Aku melihat mereka berebut ingin menurunkan keranda yang disana terbujur seseorang dan tergeletak kaku dari dalam mobil itu dan dibawa masuk ke ruang depan rumahku.
Ribuan orang lainnya ingin masuk dan berebut melihat Ayahku yang sudah terbujur seperti layaknya orang tidur. Ayahku kembali dibaringkan di dipan sesaat setelah beliau terjatuh satu bulan yang lalu. Kepala beliau menghadap utara.
Aku melihat semua orang dengan muka sembab, dan tidak sedikit pula yang menangis, menjerit histeris, tapi aku tidak tahu dan tidak paham kenapa mereka melakukan seperti itu.
Sekali lagi aku katakan, saat itu aku tidak tahu arti meninggal, wafat, mati, maupun arti pergi untuk selama-lamanya…………………….
Hingga adik dari kakek ku mendekat dan menuntunku menuju dan mendekat ke pembaringan itu serta meminta aku untuk mencium kening ayahku untuk terakhir kalinya….Aku tersentak ketika beliau bilang untuk terakhir kalinya…….aku tersadar, beliau telah menyadarkan aku apa arti meninggal, beliau menjelaskan apa itu arti wafat maupun mati.
Pecah sudah air mataku, kudekap erat tubuh ayahku sekuat-kuatnya, kupanggil-panggil nama beliau, tetapi tidak ada jawaban sepatah katapun, mulut beliau terkatup, kugoyang-goyangkan tubuhnya, tetapi tidak juga bergerak……..
Aku membalikkan badan, melihat orang sekeliingku, mereka menunduk dan tak sanggup menjawab pertanyaanku……………..

Anak-anakku, aku tidak ingin kalian bersedih dan patah semangat………kalian harus kuat, biarpun depan kalian bumper truk dan belakang kalian bumper kereta api, diatas kalian ada palu godam besar siap menghantam kalian. Tetaplah bertahan, dan bertahan………

Ungaran, awal Maret 2010
By WAA

Sabtu, 13 Maret 2010

ACFTA, Bagaimana menyikapinya?

Apa dan bagaimana sebenarnya kita sebagai pekerja menyikapi perdagangan bebas antara China dan ASEAN.
Sebenarnya kesepakatan ini telah disepakati Pemerintah kita sejak tahun 2002, pada saat itu dibawah pemerintah Megawati, dan sekarang sudah mulai berjalan per 1 Januari 2010.

Efek Seperti TNT
Tentunya kita masih ingat booming sepeda motor China beberapa tahun yang lalu. Kita tahu awalnya penjualan dan gebyarnya sangat menggairahkan, dengan promosi yang jor-joran, harga sangat miring, menjadikan semua mata melirik dan ingin mencoba membeli dan memilikinya.
Akan tetapi, seiring dengan kenyataan bahwa kualitas pasca beli yang tidak sesuai dengan standart yang diharapkan, pelayanan service tidak memadai, jaringan yang lemah, ketidakadaan sparepart. Secara otomatis kepercayaan merosot tajam dan secara perlahan rontok dengan sendirinya, kita tentu ingat istilah seleksi alam.
Demikian juga dengan dibukanya kran perdagangan ini, yang sebenarnya kalau kita cermati, adalah sebagai sebuah peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan review ulang di internal usahanya dengan melakukan berbagai langkah seperti efisiensi, peningkatan kualitas dan pelayanan purna jual sehingga konsumen tetap memakai produk mereka.

Sisi Positif

Kita tentunya harus percaya kepada Pemerintah kita, yang pasti tidak akan begitu saja membiarkan hal ini semua terjadi, tanpa diperhitungkan betul-betul dan langkah-langkah yang akan diambil.
Sisi positif diatas semestinya disadari dan sesegera mungkin diimplementasikan oleh siapa saja pelaku usaha, Hal ini agar mereka terhindar dari mati secara perlahan-lahan.

Oleh WAA

Minuman Bandrex Terakhir, Buatan mendiang Ibunda

Minuman jenis ini sangat pas disuguhkan di saat udara dingin seperti sekarang karena musim sudah datang.
Resep minuman bandrex ini diambil dari pengalaman mendiang Ibu kami, tatkala beliau masih hidup.
Dulu, kami sering berkumpul dan bercengkerama sambil menonton stasiun TV satu-satunya, TVRI, dan dengan suguhan gorengan sukun plus gorengan Bodin, kami menghabiskan malam-malam kenangan dengan sangat berkesan. Biasanya kami jalani malam-malam itu dengan setelah selesai sholat Isya dan segala aktifitas kesibukan siang telah selesai, seperti mengerjakan PR maupun tugas sekolah, karena sebagian besar kakak-kakak maupun adik kami masih di bangku sekolah.
Ibunda tahu apa yang kami mau, sehingga setiap saat menjelang petang, beliau telah mempersiapkan segala sesuatunya, dari mempersiapkan bahan dasar seperti buah sukun dan singkong hingga bumbunya. Tidak ketinggalan, klenthung-klenthung minuman bandrex manis telah disiapkan dan segera dihantarkan ke ruang tengah di depan Televisi.
“Hm.................” Gurihnya aroma gorengan Sukun dan Bodin yang masih panas membangkitkan selera untuk segera merebutnya. Kami sering rayahan untuk mendapatkan gorengan nan pulen itu apalagi dipadu dengan Bandrex nan lezat.
Ibunda pernah berwasiat mengenai resep pembuatan minuman ini, karena beliau yakin kalau tidak semua orang bisa membuat minuman bandrex dengan kelezatan lebih seperti halnya bandrex buatan Ibunda kami. Dan seingat kami, Ibunda pernah membuat coretan-coretan kecil mengenai resep minuman ini di lembar kosong di akhir halaman TTS, buku hiburan yang kata orang menghambat pross kepikunan itu.
Ya, TTS adalah salah satu teman dan hiburan Ibunda kami, dan kami tahu betul hobi beliau yang satu ini, sehingga kami tidak lupa jika kami pulang dari bepergian, segepok buku TTS tidak ketinggalan sebagai tambahan oleh-oleh.
Bahkan teman-teman kami, jika sowan dan berkunjung ke rumah Ibunda kami, mereka juga hafal dengan hobi Ibunda yang satu ini sehingga mereka pun tahu. Oleh-oleh apa yang mesti mereka bawa kalau bukan TTS. Dan sebagai gantinya, jika mereka berpamitan, satu gendhul bandrex setiap orangnya, Ibunda merelakan minuman khas itu mereka bawa sebagai ganti barter.
Klangenan ini berlangsung cukup lama, tidak jarang teman-teman kami jika berkunjung ke rumah, tidak hanya bawa oleh-oleh TTS tetapi mereka bawakan seperempat krombong Jahe merah salah satu bahan baku minuman ini.
Tidak ketinggalan juga, kadang ada yang membawakan Gula merah, karena Ibunda pernah bilang kalau Gula merah dari pohon aren akan terasa lebih lezat dan gurih dibandingkan dengan gula merah dari kelapa. Mereka bawakan sepuluh kilogram gula merah, tetapi mereka pun tidak tahu itu gula merah berbahan baku dari pohon aren atau pohon kelapa, sebenarnya Ibunda tahu kalau yang mereka bawa adalah gula merah dari pohon kelapa, tetapi begitulah Ibunda, beliau tidak mau mereka kecewa sehingga beliau tidak bicara secara lugas kalau yang mereka bawa adalah bukan dari gula merah dari pohon aren.
Coretan resep di lembar TTS itu entah dimana sekarang, karena di gudang ada puluhan karton box yang berisi penuh buku TTS, akan tetapi itu tidak menjadi masalah, kami masih ingat betul resep turun temurun itu, karena pada saat proses pembuatan minuman bandrex, kami juga sering turun ke lapangan bantu beliau.
Satu liter air direbus kemudian masukkan 2 lembar daun pandan, ditambah 200gram gula merah yang sudah disisir halus, biasanya adik perempuan kami yang menyisir gula merah itu dengan parut halus.
Lalu tambahkan jahe bakar 100 gram yang sudah dimemarkan dengan batu ulegan. Dan mengenai jahe yang bagus adalah jahe yang tidak bongkleng, dan sedikit ruasnya.
Air telah mendidih, uap putih telah keluar bersama aroma harum jahe menyebar ke ruang dapur, Ibunda menambahkan kayu bakar ke dalam bara agar api tetap stabil. Potongan kayu manis sebesar 5 cm, 5 butir cengkeh hitam, 2 lembar daun pandan dan setengah sendok teh garam dapur dituangkan ke dalam panci yang berisi air jahe yang sudah mendidih itu.
Seperti biasanya, kami saat itu sedang bercengkerama, di ruang tengah, ruang yang kami sebut sebagai ruang kehangatan, aroma harum khas bandrex terasa menusuk hidung kami.
“Ini dia yang kami tunggu” begitu salah satu kakak kami nyeletuk. Adik perempuan kami dengan cekatan mengambil cemung besar dan saringan yang kemudian disiapkan di ruang kehangatan itu. Dengan pelan dan hati-hati, Ibunda menjinjing panci panas berasap, dan menuangkan Minuman bandrex ke dalam Cemung, pesta kehangatan telah dimulai.


Tahun demi tahun berlalu, kami hidup terpencar dengan keluarga masing-masing, tidak sedikit dari kesepuluh anak-anaknya hidup di perantauan. Hingga suatu hari di Akhir ramadhan, kami mendapatkan Ibunda sedang kritis dan harus dirawat di Ruang ICU, hati kami semua galau, secara diagnosa, Ibunda mengalami Stroke dan pendarahan di otaknya.

Senin dinihari, malam ke duapuluh satu, jarum jam menunjukkan pukul 00.21. dengan tarikan napas panjang, Ibunda dipanggil Yang Maha Kuasa.
“Inna lillahi wa inna ilaihi Roojiun, Kullu nafsin dza iqotul maut...............”
Meski dengan sangat berat, kami merelakan kepergian beliau, sang Ibunda perkasa.
Malam pertama, di acara tahlilan “pitung dhino”, suara Tadarus dari Masjid depan rumah keluarga besar kami sudah mulai meredup, pertanda larut malam sudah memanggil.
Kami bersepuluh se saudara kandung, entah dengan pikiran masing-masing, terlihat memandang kosong tanpa ada pembicaraan diantara kami.
Kiranya, adik perempuan kami mengerti keadaan ini, dia mencoba memecahkan kekosongan dan kesunyian itu. Dengan menuangkan Minuman Bandrex di gelas bening dan disodorkan ke kami.
Kami menyeruput bandrex panas, bandrex terakhir buatan Ibunda, 4 hari lalu.

Pemalang, 2 Nov 2008
WAA

Note :
Klenthung: wadah air minum dari seng, baiasanya berwarna hijau loreng
Rayahan : rebutan
Gendhul : botol (biasanya untuk wadah sirup)
Krombong : karung plastik
Bongkleng: cacat/ada bercak merah karena virus
Cemung : mangkok besar dari logam seng.

Kamis, 11 Maret 2010

Buah kesabaran yang ke sekian tahun

"Ini kisah nyata, mengenai perjuangan hidup yang terus menerus dengan bekal kesabaran dan berbuat baik kepada siapapun"


(Kudedikasikan kepadamu, My Teacher)

Kisah ini saya tulis sebagai bentuk pengormatan kepada beliau, karena beliau adalah salah satu sumber inspirasi kami.
Tadi malam sebelum subuh setelah kami memasrahkan diri kepada Tuhan kami. Seperti hari-hari sebelumnya, kami (saya dan istri) melakukan komunikasi verbal, sharing, berbagi hal apapun yang telah terjadi dan sudah kami lalui, serta diskusi mengenai perencanaan apa yang akan dikerjakan hari-hari mendatang.
Sebagai pelajaran kehidupan, kisah ini pantas kita teladani, ketika ada seorang yang selama ini seakan kita sepelekan atau bahkan tidak kita hiraukan bahkan tidak masuk dalam perhitungan kita tetapi karena dia menjalani semua proses hidup ini dengan rasa syukur dan selalu berbuat baik kepada siapaun, tanpa ada rasa pamrih dan jauh dari rasa membanggakan diri maupun sifat sombong.
Semua ini kami jadikan ibroh dari dari proses menjalani kehidupan seorang pengajar yang selalu ikhlas menjalani kewajibannya untuk kesekian puluh tahun.
Pengabdian tulus selama bertahun-tahun dan jatuh bangun melakoni kodratnya, berangkat dari cita-cita mulia menjadi seorang guru yang pada masa itu, sangat jarang jika anak sebayanya memiliki cita-cita seperti beliau. Pada umumnya seorang anak pada masa itu memiliki cita-cita tertentu ataupun keinginan menjadi seseorang seperti menjadi dokter, tentara, presiden dan seterusnya.
Sekian tahun dijalani sebagai guru honorer, kemudian diangkat menjadi PNS dan 20 tahun terakhir menjadi kepala sekolah tanpa pernah dipindah-pindah, ajeg disitu. Jangan bayangkan menjadi kepala sekolah pada saat itu, dengan fasilitas kepala sekolah setelah masa reformasi, apalagi era sekarang, menjadi seorang guru PNS adalah dambaan dari sebagian pemuda-pemudi sekarang.
Sebagai seorang kepala sekolah di daerah marginal, beliau jalani dengan ketulusan hati. Hingga tidak ada yang akan mengira jika suatu hari nanti akan terjadi suatu perubahan drastis dalam hidupnya. Siapapun jika mengetahui keseharian beliau, baik saat bertugas maupun keseharian di rumah, tidak akan mengira jika beliau yang seorang sederhana, bersahaja, suatu ketika akan berdiri berdampingan sejajar dengan seorang Pangdam di wilayah strategis berpengaruh untuk jenjang kemiliterannya, meski beliau masih berpangkat sebagai Kepala sekolah, tetapi dalam pakaian yang lain.
Siapapun akan berdecak kagum ketika salah satu putranya diterima di Akademi prestisius di Negeri ini, sebagai seorang Taruna Angkatan Darat. Masih dalam kesahajaannya bahkan tidak ada kesan sedikitpun keangkuhan dalam wajahnya ketika 4 tahun yang lalu, putranya tersebut di wisuda menjadi lulusan terbaik di Angkatannya.
Beliau dikenal sebagai orang yang lurus, tidak neko-neko bahkan kadang terkesan sebagai seorang yang mudah terpengaruh termasuk oleh anak buahnya. Saking ramahnya, terkadang banyak orang tidak mengira bahwa yang dihadapannya adalah seorang kepala sekolah, termasuk pada saat berkumpul dengan para guru yang dibawahinya.

Berbuat baik kepada siapapun
Ada satu prinsip hidupnya, yang selalu ditekankan jika ada yang bertanya kepada beliau, bukan bermaksud sombong, beliau katakan, “berbuat baiklah kepada siapapun, bahkan kepada makhluk sekecil semut sekalipun”.
Kisah dramatis selanjutnya adalah tatkala perjuangan hidupnya selama bertahun-tahun, beliau berhasil memetik buah dari pohon yang telah disemai, ditanam, dipelihara, dipupuk dan dijaga. Ada filosofi yang juga beliau tebarkan, filosofi itu adalah seperti ini:
“Bayangkan bahwa anda masuk kedalam sebuah gua, gua bersuasana hening, sejuk. Semakin anda masuk kedalam, suasanan semakin sejuk dan , meski pandangan tidak cukup terang tetapi dalam keremangan, masih terlihat keindahan stalaktit dan stalaknit yang indah, batu-batu runcing diatas anda itu sekonyong-konyong mengeluarkan tetesan air secara terus menerus. Jatuh tepat kedalam lobang masuk kedalam tanah, menembus bumi, entah mengalir kemana lagi”
“Kemudian anda akan berhenti karena anda mendengar suara tetesan air yang jatuh, dari pucuk batu cadas itu, anda perhatikan tetes demi tetes air yang jatuh kebawah tersebut
Lihat, lihat air mengalir menembus bumi entas kemana, demikian juga jika perjuangan hidup dengan penuh kesabaran, pada masanya akan berbuah kebaikan, percayalah.............

by WAA

Jumat, 29 Januari 2010

SPN Tanpa Seorang Rio Erwan

Konferensi Daerah (KONFERDA) IV Serikat Pekerja Nasional (SPN) Jawa Tengah telah selesai diselenggarakan di Tawangmangu Karang Anyar pada tanggal 27 - 28 Januari 2010 lalu, dimana telah menghasilkan keputusan-keputusan dan rekomendasi untuk perjuangan Buruh/Pekerja di wilayah Daerah di Jawa Tengah.

Di Konferda ini juga dilakukan pemilihan jajaran Pengurus baru untuk masa bakti tahun 2010-2015. Nama Ir Rio Erwan Karyono, yang sebelumnya disebut-sebut sebagai calon kuat, harus rela menyerahkan tongkat estafet kepada Ketua terpilih Suparno SH.

Di jajaran aktifis Buruh di Jawa Tengah, nama Rio Erwan Karyono sudah tidak asing lagi dalam keikutsertaannya membangun dan membesarkan Serikat Buruh di Wilayah ini.

Pengabdian panjang telah dia lalui dengan memberikan cukup banyak pelajaran yang bisa diambil hikmah dan nilai semangat kepada generasi penerusnya. Meski di beberapa struktural jajaran Pengurus SPN menganggap bahwa nilai idealisme perjuangan untuk buruh sudah tidak seidealis seperti pada fase awal keterlibatan dia. Namun sesungguhnya jika dicermati, ada beberapa pemikiran jangka panjang yang perlu dijadikan bahan kajian Pengurus SPN baik di wilayah jawa Tengah maupun untuk skala nasional.

Konsep Kemandirian dan rasa percaya diri
Konsep ini sebenarnya konsep riil dan umum yang dihadapi siapapun dalam mempertahankan aktualisasi dirinya demi terwujudnya kemandirian individu secara ekonomi. Konsep kemandirian yang senantiasa dia dengungkan terkesan keluar dari pakem semangat perjuangan idealistik Serikat Pekerja umumnya yang memperjuangkan hak-haknya secara horisontal. Konsep idealisme perjuangan Serikat Pekerja, menurut dia, harus diimbangi nilai tawar individu maupun institusi kepada Pengusaha maupun Pengambil keputusan di Pemerintahan.

Penguatan kemandirian ekonomi secara otomatis akan menambah rasa percaya diri di masing-masing individu aktifis buruh, tanpa merasa terbebani jika ada apa-apa dengan posisi mereka di struktural organisasi di tempat mereka bekerja, karena keberanian mereka dalam memperjuangkan hak-hak buruh kadangkala harus mengorbankan diri termasuk ancaman akan kehilangan pekerjaannya. Sehingga apabila rasa percaya diri sudah merasuk dan mantap didalam jiwa para aktifis buruh karena tanpa ada beban diatas. Maka apa yang mereka aspirasikan dan perjuangkan mengalir tanpa harus takut akan resiko yang akan mereka hadapi.
Penguatan kemandirian dapat dibangun melalui jaringan yang telah mereka bina diantara aktifis, sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Komitmen saling mendukung dan membina serta sikap saling bekerja sama dalam pengentasan menuju kemandirian harus diberikan oleh aktifis yang sudah lebih dahulu melewati tahap-tahap menuju kemandirian tersebut..

Konsep lain yang senantiasa dia sampaikan adalah bagaimana melakukan penguatan bargaining power SPN di mata pengambil keputusan (baik di lembaga Legislatif maupun Eksekutif). Terutama di Jajaran Gubernur dan struktural dibawahnya. Penguatan ini membawa dampak cukup signifikan dalam proses pengambil keputusan tanpa ada campurtangan berlebihan dari Pengusaha maupun Jajaran kepemerintahan. Nilai tawar ini sebenarnya secara tidak langsung menguatkan psikologi perjuangan Aktifis di level lebih bawahnya lagi.

Artinya, dari minimal dua konsep di atas, sebenarnya akan berdampak positif bagi kelangsungan hidup institusi SPN itu sendiri. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana Generasi/pengurus baru di DPD SPN jawa Tengah mampu bersikap dan belajar dari pengalaman yang ada, minimal mempertahankan pencapaian yang telah dilakukan Pengurus sebelumnya, syukur-syukur dapat meningkatkan kemampuan kinerja yang lebih baik dari kepengurusan periode sebelumnya

SPN, Selamat berjuang!

Wasit Abu Ali
Penulis aktif di PSP SPN
Bekerja di PT Ungaran Sari Garments.
..

Follower

Tentang saya

Foto saya
Ungaran, Kabupaten Semarang, Indonesia

Foto Produk

Foto Produk
produk lainnya: Bantal Dacron

Cari Blog Ini