berlangganan

pls

Pages

Sabtu, 24 Oktober 2009

Ketika kata hati berbicara

(45 Menit, Garuda dari Jakarta ke Semarang)

Saya memiliki pengalaman singkat yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Ketika saya melakukan perjalanan pulang dari Jakarta, saya satu deret seat dengan seseorang yang dari cara bicaranya bukan orang sembarangan.
Mungkin karena kekurangpekaan saya sehingga meskipun disamping saya seseorang yang sedang ditimpa “kesripahan” saya tidak bakalan tahu jika beliau tidak mengatakan hal tersebut kepada saya. Saya tidak melihat ada guratan kesedihan pada wajahnya, hanya saja saya merasa ada yang sedikit ganjil, karena bapak ini tidak henti-hentinya bicara dengan perempuan setengah baya, yang awalnya saya kira sebagai kakak atau mungkin ibunya, akan tetapi setelah turun dari pesawat saya baru tahu kalau si Ibu bukan siapa-siapanya seperti halnya saya, sama-sama penumpang satu deret seat.
Saya mencoba memperkenalkan diri kepada beliau yang tampak tegar seperti tidak terjadi apa-apa. Karena beliau lebih banyak berbicara dalam bahasa jawa halus, dengan sopan Saya tanya beliau seputar pertanyaan seperti dari mana, mau kemana, dalam rangka apa, dan seterusnya.
Beliau menjawab kalau baru melakukan perjalanan panjang selama 36 jam dari Inggris ke Jakarta, dia bilang sedang menempuh studi S3 di Inggris, tetapi karena sedang “kesripahan”, dia putuskan pulang tanpa sepengetahuan dosen pembimbingnya disana. Terus saya tanya dengan nada penasaran, siapa yang meninggal, beliau tidak langsung menjawab, beberapa detik sambil menghela napas cukup panjang, dia bercerita kalau istri tercintanya telah 11 tahun terkena penyakit LUPUS, dan kemarin sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, subhanallah, masya Allah.....
Kalimat yang pertama saya ucapkan secara spontanitas sebagai wujud belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada beliau, karena saya merasa sangat tersentuh betapa sakit penderitaan yang dilalui istri beliau. Maha Suci Allah, karena saya pada saat itu melihat ketabahan seorang suami yang telah ditinggal istri selama-lamanya.
Beliau menyampaikan kepada saya bahwa informasi meninggalnya istri disampaikan keluarganya sehari sebelumnya, akan tetapi karena kasihan dengan jasad istrinya, dengan pertimbangan perjalanan London-Jakarta yang sampai 30 jam lebih. Lewat telepon beliaudengan berat hati agar dikuburkan tanpa harus menunggu beliau. Beliau bertutur bahwa sangat ikhlas atas kepergian istri dan Ibu dari anak-anaknya.
Saya berusaha berbicara sesopan mungkin karena bagaimanapun, saya tahu beliau syok dengan keadaan ini, akan tetapi karena kebesaran jiwanya, seakan tidak tampak diluar, tapi seikhlas apapun saya yakin istri tetap istri, saya bisa merasakan kesedihan yang sangat mendalam tersebut.
Dalam pembicaraan 45 menit tersebut, saya berusaha tetap membesarkan hati beliau dengan mendengarkan apapun yang beliau sampaikan, sesekali saya sok tahu dengan menjawab “oh ya...”, menganggukkan kepala dan seterusnya. Termasuk beliau mengisahkan perjalanan hidup ayahnya seorang intel di jaman Orde baru dan ditempatkan di Rumania, setelah belajar mengenai lebah dan madu, Ayah beliau kembali ke Indonesia mengembangkan lebah madu dan menjadi percontohan di seluruh Indonesia.
Sesungguhnya saya merasa sangat iba dibalik ketegaran beliau pada saat itu. Ketika suara Pilot lewat pengeras suara bahwa perjalanan tinggal 10 menit lagi. Sebagai tanda simpati dan empati, saya sodorkan tangan untuk bersalaman, sambil sekali lagi lagi saya sampaikan dengan hati yang tulus.
“Saya..., hari ini...., meski perjalanan singkat selama 45 menit, tetapi saya telah mendapatkan pelajaran hidup yang luar biasa dari panjenengan, saya sangat jarang menemukan seseorang yang sangat tegar sekuat panjenengan, Sungguh........saya tidak bisa membayangkan jika semua yang anda alami sekarang menimpa saya, belum tentu saya kuat seperti panjenengan.........”
Saya lihat satu bulir air mata menetes dan dia usap dengan tissue didepannya.

Ungaran, Oktober 2009

Ucapan bela sungkawa kami haturkan kepada Bapak Hari Purwanto, semoga Arwah istri diterima Allah SWT, saya yakin bapak dan keluarga tabah dan ikhlas menghadapi ini semua, salam dari kami sekeluarga, amin.

Ttd.
Wasit Abu Ali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follower

Tentang saya

Foto saya
Ungaran, Kabupaten Semarang, Indonesia

Foto Produk

Foto Produk
produk lainnya: Bantal Dacron

Cari Blog Ini