berlangganan

pls

Pages

Sabtu, 24 Oktober 2009

Berkaca pada Sayyidina Umar Ibnu Khattab

(Buat para pemimpin di Negeri ini)

Riwayat keteladanan beliau siapapun mengakuinya, salah satu yang paling fenomenal adalah tatkala beliau melakukan “Sidak Malam” untuk melihat kondisi rakyatnya.
Sebagai seorang Presiden dan Pemimpin tertinggi ummat islam pada masa itu, kegiatan Sidak ini beliau lakukan tanpa sepengetahuan ajudannya. Suatu saat ketika beliau Sidak malam, beliau berhenti di depan sebuah rumah yang di dalamnya terdengar gaduh oleh suara tangisan beberapa anak-anak yang minta makan malam dan terdengar suara kiranya seorang ibu sedang masak sesuatu di dapurnya.

Sayyidina Umar mendekat ke rumah itu dan mengintip gerangan apa yang terjadi karena suara tangisan anak-anak mereka cukup lama tidak terhenti. Dilihatnya oleh beliau seorang Ibu sedang memasak sesuatu tetapi cukup lama tidak matang juga sampai anak-anaknya ketiduran karena kecapekan.

Malam berikutnya, beliau mendatangi rumah itu lagi, dan lagi-lagi kejadian yang sama terulang. Suara tangisan anak-anak karena kelaparan semakin membuat sang Pemimpin Negeri itu penasaran hingga beliau memberanikan diri untuk menanyakan kepada si empunya rumah.

Beliau mengetuk pintu rumah dan mengucap salam kepada keluarga tersebut, pintu terbuka dan dari dalam rumah muncul seorang ibu yang terlihat sangat gusar.
“Wa'alaikum salam, ada apa gerangan, anak muda” sapa Ibu pemilik rumah tersebut sedikit bernada tinggi.
Sayyidina Umar menanyakan apa yang terjadi sehingga anak-anak Ibu tersebut menangis terus menerus. Kemudian Si Ibu tadi berkata dengan menyiratkan nada kekesalan, “wahai anak muda, tahukah kamu, kenapa anak-anakku menangis seperti itu?, ini semua karena ketidakbecusan Ummar Bin Khattab memimpin negeri ini”. Kiranya Si Ibu tidak tahu bahwa yang diajak bicara malam itu adalah Umar Bin Khatab, Khalifah paling tegas sepanjang sejarah kekhalifahan.
Lalu Si Ibu melanjutkan, “ wahai anak muda, tahukah kamu bahwa Setiap pemimpin akan dimintakan pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak, Umar Bin Khattab harus bertanggung jawab atas semua ini, suamiku meninggal dalam medan pertempuran membela pasukan dia, tapi apa balasan dia kepada kami. Bahkan saya harus memasak batu untuk mengelabui anak-anakku agar mereka mengira saya memasak makanan bahkan akhirnya sampai mereka tertidur, saking capeknya menunggu kebohongan saya.............”

Si Ibu terus mengumpat-umpat, saking tidak kuatnya mendapat tamparan mental seperti itu, beliau mohon diri dan berjanji kepada Si Ibu itu untuk menyampaikan hal ini ke sang Khalifah. Secepat kilat Ummar Bin Khattab berlari seribu menuju Gudang gandum kerajaan, dipanggulnya sendiri satu karung penuh gandum dan dibawa ke rumah Si Ibu itu.

Diketuknya pintu rumah tersebut, sekonyong-konyong Si Ibu sangat kaget, ketika Ummar Bin Khattab membawakan sekarung gandum dan menyampaikan pesan permintaan maaf dari Khalifah. Seakan tidak percaya dengan siapa yang ada dihadapannya, Si Ibu terus menatap wajah yang sangat dikenal oleh semua orang, yang tidak lain orang dihadapannya adalah Khalifah Ummar sendiri. Si Ibu lemas terjatuh bersujud dihadapan Ummar Bin Khattab sambil menangis minta maaf atas kesalahdugaan selama ini.

Tulisan ini saya tulis atas ketimpangan yang terjadi saat ini, dimana pemimpin bangsa ini dari level yang terendah sampai presiden. Masih sangat jauh dari model kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana mestinya mereka para pemimpin adalah pengayom dan pengabdi tetapi kenyataanya sebaliknya.
Salah satu contoh adalah kejadian tadi malam, saat salah seorang tokoh di daerah saya menjadi Anggota legislatif mengadakan halal bi halal dan syukuran. Tamu undangan yang terdiri dari pejabat di wilayah Kabupaten, para Anggota Legislatif, Pengurus partai, dengan tanpa rasa malu lagi meninggalkan tempat setelah menyantap hidangan dan makan prasmanan, sementara pengunjung lainnya harus antre nasi kotak, yang lebih membuat sakit hati dan kecewa peserta halal bi halal yang tak lain adalah simpatisan dan audien mereka. Adalah saat menginjak acara inti yakni mau'idlotul khasanah dari seorang Kyai kharismatik, baru saja sang Kyai mengucap salam, sampai diam tertegun cukup lama melihat polah mereka yang tanpa rasa dan urat malu meninggalkan acara, dengan santainya mereka berjalan meninggalkan pertemuan itu, bahkan tanpa berpamitan kepada pembicara inti, sang kyai kharismatikpun dikentuti.

1 komentar:

Follower

Tentang saya

Foto saya
Ungaran, Kabupaten Semarang, Indonesia

Foto Produk

Foto Produk
produk lainnya: Bantal Dacron

Cari Blog Ini